Bagaimana jika kejujuran mematahkan kepercayaan?

KETIKA KEPERCAYAAN ITU ADA


Aku percaya akan kepercayaan. Ketika percaya, yang kutau apa yang dia katakan lebih benar dari apa yang orang lain katakan. Seburuk apapun itu, sesakit apapun itu, dan sehina apapun itu aku lebih menghargai kejujuran. Bagiku dengan mengatakan yang sebenarnya itu jauh lebih baik daripada berbohong untuk menghindari permasalahan, karena rasa percaya itu berawal dari sebuah kejujuran. Tetapi, ketika kepercayaan itu hancur, ketika kepercayaan itu retak, dan ketika kepercayaan itu hilang semua seakan tak ada gunanya lagi. Sekecil apapun kesalahan yang kuperbuat semua seakan salah dimatanya. Aku cuma berharap dia tau kalo aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya, sama sekali mungkin. Hanya saja, dirinya tau disaat yang salah. Ya, dirinya tau disaat kondisi yang tidak mendukung. Dan disaat itulah, ketika emosi datang dan ketika semua emosi meluap disanalah titik jenuh berada. Yang dikatakan, hanya sebuah kata-kata yang didorong dari pikiran negatifnya. Semuanya seakan dipermainkan oleh emosinya. Katanya itu bagai vas bunga yang telah retak, yang mau diperbaiki bagaimanapun tetap saja bentuknya tak akan sempurna seperti sedia kala. Kepercayaan akan didapat kembali ketika ada bukti yang terlihat. Akan kubuktikan, itu tidak sama dengan apa yang dia bayangkan. Sesulit apapun itu, mungkin kuncinya akan terus aku jaga. Jika memang dia punya cadangannya, baiklah. Aku tak akan melarang atau menghalangi siapapun untuk membukanya selain aku. Hanya saja, aku ingin dia yakin bahwa aku menjaganya sepenuh hati. Tak peduli apa yang orang katakan dan tak peduli juga apa yang orang pikirkan tentangku. Mungkin aku gila, mungkin aku telah dibutakan olehnya. Yap, is that called as a love? Now, I know that love is about risk. Thank you, you’ve completed my life, I’ve learnt anything from you. I’ve got from nothing to something then


Komentar